Hari Minggu, 22 Oktober 2023, tidak seperti Minggu biasanya di Malang Raya. Di pagi itu, guru-guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dari berbagai daerah berkumpul secara virtual untuk menghadiri Workshop Computational Thinking yang diselenggarakan oleh koordinator Bebras Biro Universitas Widyagama Malang (UWG Malang), Fitri Marisa, S.Kom., M.Pd., Ph.D.

Fitri Marisa, yang juga merupakan dosen S1 Teknik Informatika UWG Malang, terpilih sebagai koordinator Bebras Biro UWG Malang, sebuah inisiatif yang mendorong pemahaman dan penerapan kemampuan berpikir dengan dasar komputasi, terutama di kalangan guru dan siswa usia dini dan SD. Inisiatif ini merespons kebutuhan yang semakin meningkat akan pemahaman teknologi, bahkan di kalangan anak-anak.

Sebagai koordinator Bebras Biro UWG Malang, Fitri Marisa dan timnya menyelenggarakan Workshop Computational Thinking untuk Guru PAUD se-Malang Raya. Dalam workshop ini, ratusan guru PAUD dari berbagai daerah di Malang Raya hadir baik secara daring maupun luring.

Workshop ini memberikan kesempatan kepada sivitas UWG Malang dan guru-guru PAUD untuk lebih memahami apa itu computational thinking dan mengapa penguasaan computational thinking sangat penting, bukan hanya bagi siswa PAUD, tetapi juga bagi guru-gurunya.

Ketua Himpaudi Kabupaten Malang menyatakan bahwa sebanyak 200 guru terpilih dari dua ribuan guru PAUD di Malang Raya dipilih untuk mengikuti pelatihan ini, dengan harapan bahwa mereka dapat membantu siswa-siswanya bersaing di masa depan.

Rektor Universitas Widyagama Malang mengingatkan bahwa anak-anak usia dini saat ini adalah generasi Z yang tumbuh dalam era teknologi. Mereka akan menjadi pemain kunci dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045. Oleh karena itu, generasi yang lebih senior, termasuk para guru PAUD, perlu terus mengikuti perkembangan zaman. Rektor berharap bahwa workshop ini akan diikuti dengan pendampingan, sehingga kerja sama dalam meningkatkan kemampuan computational thinking akan berkelanjutan.

Fitri Marisa, sebagai pemateri dalam workshop, menjelaskan bahwa computational thinking diperlukan agar manusia dapat berpikir secara terstruktur dan menyelesaikan masalah dengan langkah-langkah praktis. Meskipun komputer adalah alat, manusia tetap sebagai perencana utama dalam pembuatan program atau produk.

Selain itu, Fimar, panggilan akrabnya, menekankan pentingnya compassion atau hati nurani dalam penggunaan teknologi. Dalam pengenalan anak-anak pada dunia komputer dan platform digital, compassion penting agar mereka tidak kehilangan sisi kemanusiaannya. Hal ini akan membantu mereka merencanakan dan menggunakan teknologi dengan tujuan yang jelas dan berperan dalam pembangunan masyarakat di masa depan.

Workshop ini menekankan bahwa, selain kemampuan berpikir komputasi, compassion adalah nilai yang harus ditanamkan dalam pendidikan anak usia dini untuk menciptakan generasi yang mampu memanfaatkan teknologi secara bijaksana demi kebaikan bersama.(san/pip)