(UWG. 29/11/2017). Himpunan Mahasiswa Jurusan Teknik Informatika (HMTI) dibawah ketua Lutfi Erik Prasetyo, Rabu 29 Nopember 2017 menggelar technopreneurship yang dikemas dalam format Kuliah Tamu dengan mengangkat tema “Start Build Your Start Up Now”. Acara yang digelar di Ruang F-9 Kampus ll UWG ini adalah Roadshow Aptikom dan para penggerak Start Up ke 20 perguruan tinggi di Jawa Timur. Di UWG, roadshow ini menghadirkan James F Tomasouw, pakar Start Up yang punya segudang pengalaman.
Acara yang dibuka oleh Wakil Rektor III UWG, Dr. Agus Tugas Sudjianto, ST, MT ini dihadiri oleh seluruh mahasiswa Program Studi Teknik Informatika dari berbagai semester. Dalam sambutannya, Agus Tugas menyambut gembira dinamika para mahasiswa ini. “Ini menunjukkan bahwa generasi muda kita ini sangat bersemangat menambah wawasan dan mengembangkan skillnya”.
Ketua Program Studi Teknik Informatika, Fitri Marisa, SKom, MPd, menjelaskan bahwa sebenarnya ini adalah bagian dari kuliah. “Kalau di kelas, materi yang diberikan hanya satu mata kuliah, Kuliah Tamu ini mencakup beberapa mata kuliah yang disampaikan secara komprehensif dan terintegrasi,” imbuh Fimar, panggilan akrab sang kaprodi.
“Kehidupan manusia berevolusi luar biasa dengan adanya teknologi. Dalam kondisi ini, sebagai makhluk sosial, manusia tetap bersedia berbagi dan kesediaan berbagi ini berdampak sangat kuat pada ekonomi di Indonesia. Inilah yang sering disebut dengan Sharing Economy, ” demikian James mengawali presentasinya. “Indonesia memiliki banyak sumber daya manusia usia produktif, terutama di dunia IT. Kuantitas yang cukup besar ini diharapkan mampu menghasilkan aplikasi (Start Up) yang lebih banyak dan lebih berkualitas. Beberapa Start Up hasil karya anak bangsa Nusantara ini antara lain Tokopedia, Traveloka, Go-Jek, dan Agate. Diperoleh keuntungan ekonomi yang cukup besar dari pembuatan aplikasi ini, ” tambahnya.
Dua orang pakar Start Up yang mendampingi James, yaitu Rivanda dan Bintang, yang sukses membuat Start Up “E-nyank Pasar”, sebuah Start Up yang mampu memberikan solusi untuk menekan kecurangan karcis stand di pasar, menambahkan: “Cukup 3 orang saja untuk membuat sebuah Start Up, yaitu programmer, designer dan marketer”
Lala, salah satu peserta yang terlihat aktif bertanya saat sesi diskusi berkomentar bahwa bentuk penyampaian materi yang diluar kebiasaan seperti ini seringkali lebih efektif, lebih mudah diterima dan lebih tahan lama dalam ingatan. “Sesuatu yang luar biasa, biasanya gampang mengingatnya. Demikian juga dengan cara kuliah yang seperti ini. Saya yakin teman-teman juga sependapat dengan saya. Saya berharap kuliah semacam ini diberikan secara periodik agar kami tidak jenuh dengan kuliah yang reguler. Technopreneurship ini sangat menginspirasi kami untuk tanggap menangkap peluang, terus meningkatkan wawasan dan ilmu pengetahuan dan menjadi generasi muda yang aktif, kreatif dan inovatif,” tambahnya memberikan penekanan.
Menanggapi komentar mahasiswanya, Fimar berjanji akan menindaklanjuti dengan menggelar acara serupa tentunya dengan tema berbeda di lain waktu. “Ini adalah bagian dari MoU yang pernah ditandatangani dengan Aptikom beberapa waktu yang lalu,” imbuhnya. (san/pip/red:rh)